Sunday, October 31, 2021

Aquarium Saltwater

Friday, January 31, 2020

Aquarium Salt Water


Wednesday, December 22, 2010

Aquarium Saltwater

Thursday, November 25, 2010

Learning Pack Terumbu Karang

Terumbu karang merupakan kelompok kehidupan (komunitas) yang paling produktif dan paling beraneka ragam di muka Bumi ini dan banyak dijumpai di laut tropis yang hangat, jernih, dan dangkal. Terumbu karang memiliki fungsi yang beragam mulai dari sebagai penyedia makanan dan tempat tinggal bagi bermacam ikan dan invertebrata hingga melindungi pesisir dari erosi. Melalui simbiosis dengan alga bersel tunggal (zooxanthellae), karang pembangun terumbu merupakan sumber produksi primer dalam komunitas terumbu karang (Richmond 1993).

Organisme karang yang hidup dalam terumbu mengeluarkan senyawa yang secara biologis aktif memiliki kegiatan penangkal mikroba dan virus (Van Alstyne and Paul 1988). Senyawa ini penting bagi sumber alami obat-obatan. Selain itu, para wisatawan yang datang dan melihat keindahan terumbu karang merupakan sumber yang penting bagi mata pencaharian masyarakat di sekitar terumbu karang. Sayangnya, sejalan dengan peningkatan pemahaman kita akan karang dan terumbu karang, secara drastis pengaruh negatif populasi manusia terhadap komunitas terumbu karang meningkat pula.

Secara ilmiah, karang pembangun terumbu (atau karang hermatypic) masuk dalam Orde Scleratinia dalam kelas Anthozoa dari filum Cnidaria. Di dunia, ada sekitas 6000 jenis yang masuk dalam kelas Anthozoa, yang ke semuanya merupakan jenis dari laut (marine) (Pechenik 1991). Terumbu karang di wilayah barat Pasifik, termasuk Indonesia dan tentunya wilayah-wilayah Pangkajene Kepulauan, Selayar, Buton, Wakatobi, Padaido, Raja Ampat dan Sikka, memiliki keanekaan yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan terumbu karang yang hidup di wilayah samudera Atlantik dan Karibia. Perairan Samudra Pasifik memiliki 75% lebih banyak genera dan 85% lebih banyak jenis karang (Wilkinson 1987).

Terumbu terbangun dari kalsium karbonat yang dihasilkan oleh polip karang. Meskipun merupakan arsitek utama bangunan terumbu, karang bukan satu-satunya pembangun. Alga corraline melekatkan berbagai macam karang satu sama lain dengan senyawa kalsium, dan orhanisme lain seperti cacing dan moluska menyumbangkan kerangkanya yang keras (Cousteau 1985). Bersama-sama, berbagai organisme tersebut membangun berbagai jenis bentuk terumbu karang. Terumbu merupakan struktur yang penting di daerah tropis. Terumbu inilah yang memicu terbentuknya pulau dan mengubah garis pantai (Goreau et al. 1979).

Suatu koloni karang bisa terdiri dari ribuan polip. Polip pada umumnya bersifat karnivoradan mencari makan dengan merentangkan belalainya (tentakel) untuk menangkap partikel yang melayang dalam air. Namun demikian alga yang disebut sebagai zooxanthellae yang hidup bersimbiosis dengan polip karang tersebut berperan penting sebagai sumber nutrisi bagi karang hermatypic tersebut (Rowan dan Powers 1991). Karang berkembang biak secara seksual maupun aseksual. Suatu koloni koral yang berukuran diameter bermeter-meter, mungkin saja berasal dari satu polip saja. Karena sebagian besar organisme terumbu karang hanya dapat hidup dalam kondisi lingkungan terbatas, terumbu karang sangat peka terhadap perubahan kondisi lingkungan (Richmond 1993). Karang sangat rentan terhadap penyakit dan pemutihan (bleaching). Kondisi alam yang dramatis seperti topan badai dapat merusak terumbu karang. Selain itu, banyak sekali masalah terhadap terumbu karang disebabkan oleh kegiatan manusia, secara langsung dan tidak langsung. Karena perannya yang penting secara ekologis dan ekonomi, pemahaman akan tekanan dan ancaman terhadap terumbu karang sangat diperlukan. Untungnya, ancaman dan kerusakan terhadap terumbu karang yang disebabkan oleh manusia dapat ditanggulangi dan dicegah (Richmond 1993). Buku panduan pengenalan terumbu karang ini ditujukan bagi pihak yang memerlukan penjelasan yang singkat dan padat tentang hal-hal yang berkaitan dengan terumbu karang. Buku ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari serangkaian buku panduan yang diterbitkan oleh COREMAP II/The World Bank. Rangkaian buku tersebut adalah:

  1. Pengenalan Manfaat dan Fungsi Ekosistem Terumbu Karang dan ekosistem terkait, serta kondisi terumbu karang di Indonesia
  2. Pembelajaran dan program-program pengelolaan sumberdaya laut berbasis masyarakat
  3. Panduan Pengambilan Data dengan metode Rural Rapid Appraisal dan Participatory Rural Appraisal
  4. Panduan Penyusunan Regulasi Tingkat Desa
  5. Panduan Pengorganisasian Masyarakat
  6. Panduan Mata Pencaharian Alternatif
  7. Panduan Jenis-jenis Penangkapan Ikan yang Ramah dan Tidak Ramah Lingkungan
  8. Panduan Monitoring Berbasis Masyarakat
  9. Panduan Penyusunan Daerah Perlindungan Laut
  10. Panduan Pengelolaan Info Center

Buku Panduan untuk Siapa?
Target utama Seri Buku Pembelajaran Mandiri adalah para Fasilitator, yang kebanyakan adalah lulusan perguruan tinggi (Diploma 3) dan para Motivator Desa, yang kebanyakan lulusan SMP dan SMA. Motivator Desa merupakan kader pengelola terumbu karang di desa-desa 7 Kabupaten COREMAP II di Indonesia Timur

Cara Penggunaan Buku
Buku ini ditulis secara khusus bagi pembaca target utama sebagai acuan dalam memberikan penyuluhan dan pelatihan mengenai dasar pengelolaan terumbu karang. Karenanya, informasi yang tersaji dalam buku ini bersifat ringkas dan dasar. Pihak-pihak yang memerlukan informasi dan pengetahuan yang lebih dalam dapat membaca buku-buku ilmiah yang berkaitan dengan terumbu karang. Buku panduan pengenalan terumbu karang dibagi menjadi tiga komponen utama. Yang pertama adalah dasar pemahaman ekologi terumbu karang, yaitu bagaimana terbentuk, jenis dan klasifikasi, makanan dan cara berkembang biak, penyakit, serta terumbu karang sebagai bagian dari rangkaian ekosistem pesisir dan laut. Yang kedua adalah informasi umum mengenai ancaman terhadap terumbu karang, status dan kondisi di Indonesia. Yang terakhir adalah konsep dasar bagi pengelolaan sumberdaya terumbu karang berbasis masyarakat yang dapat diterapkan di Indonesia. Buku ini dilengkapi dengan gambar dan ilustrasi yang dapat memberikan gambaran bagi pemahaman terumbu karang.

Sumber : CRITC-Selayar

Attachment(s)
NoFilenameSize
101_PDF_Terumbu_karang.zip 720341 bytes

Teknologi Transplantasi sebagai Upaya Konservasi Ekosistem Terumbu Karang Pulau Weh, Aceh

( From : http://nokiagreenambassador.kompasiana.com/2010/05/07/upaya-konservasi-ekosistem-terumbu-karang/ )

by: Arif Habibal Umam

Terumbu karang merupakan habitat sekaligus indikator dari keberadaan ikan di laut. Kerusakan terumbu karang menyebabkan tidak adanya ikan di suatu perairan. Kerusakan bisa disebabkan oleh terinjaknya karang oleh manusia, penggunaan jangkar kapal, dan gelombang air laut. Kegiatan transplantasi terumbu karang merupakan suatu cara untuk memperbaiki dan menumbuhkan karang baru sehingga habitat ikan tetap terjaga. Karang merupakan suatu hewan uniseluler yang hidup berkoloni membentuk polip, sehingga transplantasi merupakan suatu cara efektif untuk menumbuhkan terumbu karang, meski butuh waktu yang lama tetapi cara ini merupakan salah satu upaya konservasi yang perlu dilakukan dan disosialisasikan. Program transplantasi yang dilakukan oleh mahasiswa KKN-PPM UGM 2009 hanya meneruskan dan membantu transplantasi terumbu karang yang dilakukan oleh Rubiah Tirta Diver, salah satu dive shop di Pulau Weh.

Media untuk transplantasi terumbu karang berbentuk kerucut dan berpipa, pemilihan media ini agar ikan-ikan masih dapat berenang bebas disekitar media tersebut, pipa yang dipasang berfungsi untuk mengikat karang kecil. Tim KKN-PPM UGM telah melakukan transplantasi yang meliputi pengecoran, penyusunan komposisi media, pencetakan media, dan pemasangan media transplantasi di laut. Waktu yang digunakan untuk membuat media transplantasi hanya memakan waktu 1-2 hari dan tergantung banyaknya pekerja maupun jumlah. Harapannya masyarakat memiliki kesadaran untuk melestarikan terumbu karang melalui transplantasi terumbu karang sehingga keindahan ekosistem tetap terjaga hingga masa depan. Dalam melakukan transplantasi terumbu karang banyak dibantu oleh Pak Dodent, pemilik Rubiah Tirta Divers dan pegawainya.

Pertama disiapkan media penanaman terumbu karang yang berupa cor-coran sedimen berbentuk kerucut. Media tersebut dapat dicetak di pantai dan di bagian tengah di pasang pipa PVC atau botol bekas. Fungsi pipa yang di pasang di bagian tengah tersebut adalah sebagai tempat untuk mengikat terumbu karang anakan yang akan ditumbuhkan. Bentuk kerucut berfungsi agar media dapat bertahan dari arus laut yang sangat kuat sehingga dapat tetap berdiri dan tidak mengganggu terumbu yang ditumbuhkan di media tersebut. Adapun fungsi lainnya adalah agar ketika penyusunan media menjadi blok-blok transplantasi terdapat ruang gerak bagi ikan-ikan. Sehingga ikan dapat memiliki tempat hidup, meskipun terumbu karang belum tumbuh.

(Substrat untuk transplantasi berupa cor-coran semen)

(Media transplantasi yang telah diatur menjadi suatu blok-blok transplantasi)

Langkah selanjutnya adalah pengikatan terumbu karang anakan di media transplantasi. Misalnya pada gambar di bawah dapat dilihat proses pengikatan salah satu jenis terumbu karang yaitu Acropora sedang diikat di media transplantasi. Pengikatan dilakukan dengan menempelkaan terumbu karang di bagian pipa atau kaleng bekas dengan mengikat menggunakan kabel tip berwarna putih.

(Proses pengikatan terumbu karang anakan pada medium transplantasi)

(Pengecekan ikatan terumbu karang anakan transplantasi)

(Contoh hasil pengikatan terumbu karang jenis Acropora sp. pada transplantasi)

Setelah semua media transplantasi telah diikat dengan terumbu karang yang ingin ditumbuhkan, maka media transplantasi tersebut dibiarkan dalam perairan laut selama lebih kurang 3-6 bulan agar terumbu karang anakan tersebut dapat tumbuh. Setelah beberapa bulan, terumbu karang yang ditransplantasi akan tumbuh dan ikan-ikan serta hewan laut lain dapat menjadikan daerah sekitar media transplantasi sebagai habitatnya yang baru, seperti terlihat pada gambar berikut ini.

(Terumbu karang transplantasi mulai tumbuh)

(Jenis ikan yang bermain di daerah terumbu karang hasil transplantasi)

Jika terumbu karang sudah tumbuh dengan baik dan mulai dewasa, ikan-ikan laut yang termasuk kategori ikan hias akan semakin banyak muncul dan terlihat sangat senang bermain di daerah terumbu karang hasil transplantasi tersebut. Jika terumbu karang sudah sangat dewasa dan tumbuh serta berkembang dengan sangat baik, maka ikan-ikan akan semakin banyak muncul dan jenis ikan yang muncul akan semakin beraneka ragam.

(Ikan-ikan menjadikan daerah terumbu karang hasil transplantasi sebagai habitat baru)

Penulis adalah Anggota Tim KKN-PPM UGM UNIT 124 Pulau Weh, Aceh

EKOLOGI LAUT TROPIS

( from : http://blueseafer.wordpress.com/2010/04/14/%EF%81%B6ekologi-laut-tropis/ )

By: Dwiko Handiko Bowo

Ekologi merupakan suatu interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya. Secara singkat ekologi laut tropis dapat diartikan sebagai interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya di wilayah laut tropis. Ekologi laut tropis erat hubungannya dengan lingkungan hidup bahari. Pada lingkungan hidup bahari Laut merupakan penghubung (bukan perintang) bagian bumi yang merupakan sumber bahan makanan untuk melengkapi bahan makanan dari daratan juga sumber mineral, energy fosil (minyakbumi) yang banyak didapatkan dilepas pantai, sumber energi tidal dan memiliki keanekaragaram yang sangat tinggi, khususnya dilaut tropik: terumbu karang, mangrove.

Karakteristik laut tropis, berdasarkan variasi produktivitas :

  1. Laut Tropis: sinar matahari terus menerus sepanjang tahun (hanya ada dua musim, hujan dan kemarau) ,kondisi optimal bagi produksi fitoplankton dan konstant sepanjang tahun.
  2. Laut Subtropis: intensitas sinar matahari bervariasi menurut musim (dingin, semi, panasdangugur). Tingkat produktifitas akan berbeda pada setiap musim. Pada musim semi: tinggi, sedangkan pada musim dingin: sangat rendah.
  3. Laut Kutub: masa produktifitas sangat pendek (Juli atau Agustus), musim panas: fitoplankton tumbuh.

Jaring-jaring makanan dan struktur trofik komunitas pelagik berbeda pada tiga daerah geografik (lauttropik, subtropik, kutub). Secara umum terdiri darialgae, herbivora, penyaring, predator dan predator tertinggi. Jumlah dan jenis masing – masing tingkat trofik berbeda, yaitu laut tropik yang paling banyak, diikuti oleh laut subtropik dan terakhir lautkutub.

Karakteristik laut tropis, berdasarkan jarring-jaring makanan :

  1. Laut Tropik: predator tertinggi (tuna, lansetfish, setuhuk, hiu sedang dan hiu besar), predator lainnya: cumi-cumi, lumba-lumba.
  2. Laut Subtropik: predator tertinggi (lumba-lumba, anjing laut dan singa laut, paus, burung-burung laut), predator lainnya: salem, cumi-cumi.
  3. Laut Kutub: predator tertinggi (paus), predator lainnya: anjing laut, singa laut.

NICHE

Konsep relung (niche) dikembangkan oleh Charles Elton (1927) ilmuwan Inggris, Niche atau nicia atau ecological niche, tidak hanya meliputi ruang/tempat yang ditinggali organisme, tetapi juga peranannya dalam komunitas, dan posisinya pada gradient lingkungan: temperatur, kelembaban, pH, tanah dan kondisi lain. Pengetahuan tentang nicia digunakan sebagai landasan untuk memahami berfungsinya suatu komunitas dan ekosistem dalam habitat utama.

Relung (niche) adalah posisi atau status suatu organisme dalam suatu komunitas dan ekosistem tertentu, yang merupakan akibat adaptasi struktural, tanggap fisiologis serta perilaku spesifik organisme itu. Jadi relung suatu organisme bukan hanya ditentukan oleh tempat organisme itu hidup, tetapi juga oleh berbagai fungsi yang dimilikinya. Dapat dikatakan, bahwa secara biologis, relung adalah profesi atau cara hidup organisme dalam lingkungan hidupnya.

Suksesi terjadi sebagai akibat modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem, suksesi dapat diartikan sebagai perkembangan ekosistem tidak seimbang menuju ekosistem seimbang. Akhir proses suksesi komunitas yaitu terbentuknya suatu bentuk komunitas klimaks Komunitas klimaks ditandai dengan tercapainya homeostatis atau keseimbangan, yaitu suatu komunitas yang mampu mempertahankan kestabilan komponennya dan dapat bertahan dan berbagai perubahan dalam sistem secara keseluruhan. Berdasarkan kondisi habitat pada awal suksesi, dapat dibedakan dua macam suksesi, yaitu suksesi primer dan suksesi sekunder.

Suksesi primer adalah organisme mulai menempati wilayah baru yang belum ada kehidupan contohnya delta. Sedangkan, suksesi sekunder adalah terjadi setelah komunitas yang ada menderita gangguan yang besar sebagai contoh sebuah komunitas klimaks (stabil) hancur karena terjadinya kebakaran hutan.

Proses kehidupan dan kegiatan makhluk hidup pada dasarnya akan dipengaruhi dan mempengaruhi faktor-faktor lingkungan, seperti cahaya, suhu atau nutrient dalam jumlah minimum dan maksimum. Dalam ekologi tumbuhan factor lingkungan sebagai factor ekologi dapat dianalisis menurut bermacam-macam faktor. Satu atau lebih dari faktor-faktor tersebut dikatakan penting jika dapat mempengaruhi atau dibutuhkan, bila terdapat pada taraf minimum, maksimum atau optimum menurut batas-batas toleransinya. Tumbuhan untuk dapat hidup dan tumbuh dengan baik membutuhkan sejumlah nutrient tertentu (misalnya unsur-unsur nitrat dan fosfat) dalam jumlah minimum. Dalam hal ini unsur-unsur tersebut sebagai factor ekologi berperan sebagai faktor pembatas.

SIKLUS BIOGEOKIMIA

Makhluk yang hidup atau mati tersusun oleh materi, materi ini kemudian dimanfaatkan oleh organisme lain untuk hidup apabila salah satu dari makhluk hidup mati rantai makanan ini akan terus berjalan. Dinamakan siklus karena proses rantai makanan yang berlangsung secara terus menerus. Biogeokimia terjadi karena adanya proses perubahan dari biosfer yang hidup dan tak hidup yang menyangkut materi.

Siklus biogeokimia atau siklus organikanorganik adalah siklus unsure atau senyawa kimia yang mengalir dari komponen abiotik ke biotik dan kembali lagi ke komponen abiotik. Siklus ini berfungsi untuk mengembalikan unsur kimia yang telah tepakai. Diketahui ada sekitar 100 unsur kimia di dunia, tapi hanya 30-40% yang sangat diperlukan oleh makhluk hidup. Nutrient masuk ke ekosistem melalui proses weathering, atmospheric input, biological nitrogen fixation, dan immigration. Sedangkan, nutrient keluar dari ekosistem melalui proses erosion, leaching, gaseous losses, emigration dan harvesting.

Siklus biogeokimia terdiri dari beberapa macam siklus, antara lain siklus air, siklus oksigen, siklus karbon, siklus nitrogen, siklus fosfor, dan siklus sulfur. Tetapi bahasan yang akan kita bahas adalah hanya 3 macam siklus yaitu, siklus karbon, siklus nitrogen, dan siklus fosfor.

  1. Siklus karbon dan oksigen

Siklus Karbon dan Oksigen merupakan siklus biogeokimia terbesar. Ada tiga hal yang terjadi pada karbon yang pertama karbon tinggal didalam tubuh, kedua karbon di respirasi oleh hewan, ketiga karbon diubah menjadi sampah atau sisa. Sebanyak 45% karbon digunakan untuk pertumbuhan, 45% digunakan untuk proses respirasi dan 10% digunakan untuk DOC. Karbon masuk ke perairan melalui proses difusi. Sumber-sumber CO2 di atmosfer berasal dari respirasi manusia dan hewan, erupsi vulkanik, pembakaran batubara, dan asap pabrik. Di ekosistem air, pertukaran CO2 dengan atmosfer berjalan secara tidak langsung. Karbon dioksida berikatan dengan air membentuk asam karbonat yang akan terurai menjadi ion bikarbonat. Bikarbonat adalah sumber karbon bagi alga yang memproduksi makanan untuk diri mereka sendiri dan organisme heterotrof lain. Sebaliknya, saat organisme air berespirasi, CO2 yang mereka keluarkan menjadi bikarbonat. Jumlah bikarbonat dalam air adalah seimbang dengan jumlah CO2 di air.

Pada atmosfer proses timbal balik fotosintesis dan respirasi seluler bertanggung jawab atas perubahan dan pergerakan utama karbon. Naik turunnya CO2 dan O2 atsmosfer secara musiman disebabkan oleh penurunan aktivitas Fotosintetik. Dalam skala global kembalinya CO2 dan O2 ke atmosfer melalui proses respirasi yang mnghasilkan CO2 dan proses fotosintesis yang menghasilkan oksigen. Akan tetapi pembakaran kayu dan bahan bakar fosil menambahkan lebih banyak lagi CO2 ke atmosfir. Sebagai akibatnya jumlah CO2 di atmosfer meningkat. CO2 dan O2 atmosfer juga berpindah masuk ke dalam dan ke luar sistem akuatik, dimana CO2 dan O2terlibat dalam suatu keseimbangan dinamis dengan bentuk bahan anorganik lainnya.

  1. Siklus Nitrogen

Di atmosfir nitrogen (N) jumlahnya hampir mencapai 80%. Bentuk atau komponen N di atmosfir dapat berbentuk ammonia (NH3), molekul nitrogen (N2), dinitritoksida (N2O), nitrogen oksida (NO), nitrogen dioksida (NO2), asam nitrit (HNO2), asam nitrat (HNO3), basa amino (R3-N) dan lain-lain. Nitrogen bebas juga dapat bereaksi dengan hydrogen atau oksigen dengan bantuan kilat/petir (elektrisasi). Tumbuhan memperoleh nitrogen dari dalam tanah berupa ammonia (NH3), ionnitrit (N02-), dan ion nitrat (N03-).

Siklus Nitrogen adalah transfer nitrogen yang melibatkan komponen biotik dan abiotik ,proses awalnya adalah nitrogen yang ada di atmosfer ditransfer ke dalam tanah melalui hujan secara tidak langsung dan fiksasi nitrogen secara langsung. Fiksasi nitrogen secara biologis dapat dilakukan oleh bakteri Rhizobium yang bersimbiosis dengan polong-polongan, bakteri Azotobacter dan Clostridium. Selain itu ganggang hijau biru dalam air juga memiliki kemampuan memfiksasi nitrogen.

Nitrat yang di hasilkan oleh fiksasi biologis digunakan oleh produsen (tumbuhan) diubah menjadi molekul protein. Selanjutnya jika tumbuhan atau hewan mati, mahluk pengurai merombaknya menjadi gas amoniak (NH3) dan garam ammonium yang larut dalam air (NH4+). Proses ini disebut dengan amonifikasi. Bakteri Nitrosomonas mengubah amoniak dan senyawa ammonium menjadi nitrit dan nitrat oleh Nitrobacter. Apabila oksigen dalam tanah terbatas, nitrat dengan cepat ditransformasikan menjadi gas nitrogen atau oksida nitrogen oleh proses yang disebut denitrifikasi.

  1. Siklus Fosfor

Di alam, fosfor terdapat dalam dua bentuk, yaitu senyawa fosfat organik (pada tumbuhan dan hewan) dan senyawa fosfat anorganik (pada air dan tanah). Herbivora mendapatkan fosfat dari tumbuhan yang dimakannya dan karnivora mendapatkan fosfat dari herbivora yang dimakannya. Seluruh hewan mengeluarkan fosfat melalui urin dan feses. Selain itu hewan dan tumbuhan yang mati diuraikan oleh dekomposer (pengurai) menjadi fosfat anorganik. Fosfat anorganik yang terlarut di air tanah atau air laut akan terkikis dan mengendap di sedimen laut. Sehingga, fosfat banyak terdapat di batu karang dan fosil. Fosfat dari batu dan fosil terkikis dan membentuk fosfat anorganik terlarut di air tanah dan laut. Fosfat anorganik ini kemudian akan diserap dari air tanah oleh akar tumbuhan lagi.

EKOSISTEM

Ekosistem yaitu suatu system ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara mahluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem terdiri dari komponen yang bekerja secara teratur sebagai suatu kesatuan. Ekosistem terbentuk oleh komponen hidup dan tak hidup di suatu tempat yang berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang teratur. Komponen hidup (biotik) terdiri dari bakteri, plankton, benthos, dan ikan. Sedangkan, komponen tak hidup (abiotik) terdiri dari air, gas dan tanah.

  • Klasifikasi komponen ekosistem berdasarkan tingkat makan – memakan :
  1. Organisme Autotrophic yaitu organisme yang mampu mensistesis makanannya sendiri yang berupa bahan organik dari bahan – bahan anorganik sederhana dengan bantuan sinar matahari dan zat hijau daun ( klorofil).
  2. Organisme Heterotropic yaitu organisme yang menyusun kembali dan menguraikan bahan – bahan organik kompleks yang telah mati kedalam senyawa anorganik sederhana.
  • Faktor penyebab perbedaan ekosistem, diantaranya :
  1. Perbedaan kondisi iklim (hutan hujan, hutan musim, hutan savana)
  2. Perbedaan letak dari permukaan laut, topografi, dan formasi geologik (zonasi pada pegunungan, lereng pegunungan yang curam, lembah sungai)
  3. Perbedaan kondisi tanah dan air tanah (pasir, lempung, basah, kering).
  • Berdasarkan proses terjadinya, ekosistem terbagi menjadi dua macam :
  1. Ekosistem alam (laut, sungai, hutan alam, danau alam, dan lainnya)
  2. Ekosistem buatan (sawah, kebun, hutan tanaman, tambak, dan bendungan)
  • Tipe ekosistem, terbagi menjadi :
  1. Ekosistem terestris (daratan)

•Ekosistem hutan

•Ekosistem padang rumput

•Ekosistem gurun

•Ekosistem anthropogen atau buatan (sawah, kebun, dan lainnya)

  1. Ekosistem akuatik (perairan)

•Ekosistem air tawar, misalnya kolam, danau, sungai, dan lainnya

•Ekosistem lautan

PENGELOLAAN SUMBER DAYA WILAYAH PESISIR DAN LAUTAN SECARA TERPADU

Indonesia merupakan negara kepulauan memiliki jumlah pulau sekitar 17.000 pulau dengan wilayah pesisir dan luas laut berturut-turut 3,1 km2 dan ZEE 2,7 km2. Dengan garis pantai 81 km yang memuat habitat pantai yang sangat bervariasi menyimpan beragam potensi sumber daya alam pesisir dan laut seperti terumbu karang, mangrove, lamun, rumput laut, dan ikan dengan jumlah dan keragaman jenis yang sangat melimpah.

  1. Wilayah Pesisir

Wilayah peralihan antara laut dan daratan, ke arah darat mencakup daerah yang masih terkena pengaruh percikan air laut atau pasang, dan ke arah laut meliputi daerah papaan benuaPerencanaan dan Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Sektoral: oleh satu instansi pemerintah untuk tujuan tertentu misal perikanan, konflik kepentingan Perencanaan Terpadu: mengkoordinasikan mengarahkan berbagai aktivitas kegiatan. Terprogram untuk tujuan keharmonisan, optimal antara kepentingan lingkungan, pembangunan ekonomi dan keterlibatan masyarakat, pengaturan tataruang.

  • Kerusakan pesisir, meliputi :
  1. Estuaria : Laju sedimentasi yang menimbulkan pendangkalan perairan.
  2. Mangrove : Luas wilayah mangrove berkurang 70% selama 7tahun terakhir, akibat :

- konversi menjadi tambak udang

- Menjadi bahan bakar atau arang (ekspor banyak dilakukan di daerah Riau)

- Penambangan, pembangunan pantai (pemukiman), perkebunan(kelapa sawit), dan pertanian.

  1. Padang lamun : Ekosistem padang lamun Kehilangan 30-40% selama 50 tahun

terakhir, akibat :

- reklamasi lahan

- masuknya limbah yang tidak diolah

- pembangunan pelabuhan dan bangunan laut

  1. Terumbu karang : Eksploitasi sumberdaya perikanan.

- pengambilan karang untuk bahan bangunan dan pembuangan limbah.

- pariwisata dan ledakan populasi yang menjadi pemangsanya.

  1. Lautan dan estuaria

Lautan merupakan satu kesatuan dari permukaan, kolom air sampai ke dasar dan bawah dasar laut. Di luar batas wilayah teritorial (3 sampai 12 mil) sebagai wilayah laut. Sedangkan, estuaria adalah teluk di pesisir yang sebagian tertutup, tempat air tawar dan air laut bertemu dan bercampur.

  1. Ekosistem terumbu karang

Luas terumbu karang Indonesia diperkirakan mencapai 60.000 km2, namun hanya 6,2% saja yang kondisinya baik. Tekanan terhadap keberadaan terumbu karang sebagian besar diakibatkan oleh kegiatan manusia.

  • Manfaat terumbu karang, diantaranya :

- Berperan penting bagi pertumbuhan sumberdaya perikanan (sebagai feeding ground, fishing ground, spawning ground and nursery ground)

- Mencegah terjadinya pengikisan pantai (abrasi)

- Sebagai daya tarik wisata bahari

- Secara global terumbu karang berfungsi sebagai pengendap kalsium yang mengalir dari sungai ke laut

- Sebagai penyerap karbondioksida dan Gas Rumah Kaca (GRK) lainnya

  • Karang memerlukan kondisi tertentu untuk dapat tumbuh dengan baik seperti :

- Air dengan transparansi tinggi (jernih)

- Suhu air yang berkisar antara 23 – 32 derajat celcius

- Kedalaman perairan kurang dari 40 m

- Salinitas yang berkisar antara 32 – 36 per mil

- pH 7,5 – 8,5

  • Ancaman terhadap terumbu karang, seperti :

- Pencemaran minyak dan industri,

- Sedimentasi akibat erosi, penebangan hutan, pengerukan dan penambangan karang

- Peningkatan suhu permukaan laut

- Buangan limbah panas dari pembangkit tenaga listrik

- Pencemaran limbah domestik dan kelimpahan nutrien

- Penggunaan sianida dan bahan peledak untuk menangkap ikan

- Perusakan akibat jangkar kapal

  • Upaya pelestarian terumbu karang dengan cara :

- Mengendalikan/ meminimalkan penambangan karang untuk lahan bangunan

- Mencegah kegiatan pengerukan atau kegiatan lainnya yang menyebabkan terjadinya endapan

- Kegiatan transplantasi terumbu karang untuk memulihkan ekosistem terumbu karang yang telah rusak

- Penyuluhan terhada masyarakat tentang pentingnya peran terumbu karang bagi ekosistem pesisir

  • Metode Pengukuran Kondisi Terumbu Karang Berdasarkan Metode Transek Garis :

- Pemilihan tapak, diusahakan pada lereng terumbu dan dapat mewakili terumbu karang tersebut

- Untuk pemilihan tempat sebaiknya dilakukan dengan metode Manta Towing

- Dalam pemilihan tapak sekurang-kurangnya harus dilakukan pada 2 tempat

- Penandaan titik lokasi yang tepat harus dicatat bersamaan dengan pemilihan tempat

- Sebaiknya gunakan GPS atau kamera photo

- Tandai tapak dimana akan dilakukan transek dengan paku dan pelampung

- Untuk setiap tapak dilakukan min.6 transek dengan masing-masing panjang 50 m, pada setiap 2 kedalaman yaitu 3 m dan 10 m

- Dahulukan transek pertama pada daerah yang miring, kira-kira 3 m di bawah tonjolan terumbu karang

- Transek kedua diletakkan pada kira-kira 9-10 m di bawah tonjolan terumbu karang

- Tenaga dan jumlah personel sebaiknya sama untuk setiap pengamatan awal dan saat pengamatan

- Untuk menghindari terjadinya pergeseran-pergeseran, alat ukur harus selalu berada dekat (0 – 15 m) dengan objek pengamatan dan tetap terkait

- Setelah pengamatan dinyatakan selesai, lokasi ditandai dengan pelampung/ GPS

  1. Ekosistem padang lamun

Lamun merupakan tumbuhan berbunga yang hidupnya terbenam di dalam laut, padang lamun ini merupakan ekosistem yang mempunyai produktivitas organik yang tinggi. Fungsi ekologi yang penting yaitu sebagai feeding ground, spawning ground dan nursery ground beberapa jenis hewan yaitu udang dan ikan baranong, sebagai peredam arus sehingga perairan dan sekitarnya menjadi tenang.

  • Ancaman terhadap padang lamun, seperti :

- Pengerukan dan pengurugan dari aktivitas pembangunan (pemukiman pinggir laut, pelabuhan, industri dan saluran navigasi)

- Pencemaran limbah industri terutama logam berat dan senyawa organoklorin

- Pembuangan sampah organik

- Pencemaran limbah pertanian, pencemaran minyak dan industri

  • Upaya pelestarian padang lamun dengan cara :

- Mencegah terjadinya pengrusakan akibat pengerukan dan pengurugan kawasan lamun

- Mencegah terjadinya pengrusakan akibat kegiatan konstruksi di wilayah pesisir

- Mencegah terjadinya pembuangan limbah dari kegiatan industri, buangan termal serta limbah pemukiman

- Mencegah terjadinya penangkapan ikan secara destruktif yang membahayakan lamun

- Memelihara salinitas perairan agar sesuai batas salinitas padang lamun

- Mencegah terjadinya pencemaran minyak di kawasan lamun

  • Pengambilan Sampel Padang Lamun

Pengamatan lamun di lapangan meliputi identifikasi jenis-jenis lamun, menghitung jumlah individu (tegakan), persentase penutupan dari masing-masing spesies pada setiap transek dengan menggunakan kuadran (petak contoh berbentuk bujur sangkar) yaitu dengan Metode Transek Garis atau Line Intercept Transect (LIT) dan Petak contoh (Transect plot).

  1. Ekosistem Mangrove

Mangrove berasal dari kata mangue/mangal (Portugish) dan grove (English). Suatu tipe ekosistem hutan yang tumbuh di suatu daerah pasang surut (pantai, laguna, muara sungai) yang tergenang pasang dan bebas pada saat air laut surut, komunitas tumbuhannya mempunyai toleransi terhadap garam (salinity) air laut. Mangrove merupakan tumbuhan yang terutama tumbuh pada tanah lumpur aluvial di daerah pantai dan muara sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut. Luas hutan mangrove di Indonesia merupakan yang terluas di dunia (2,5-3,5 juta Ha,18-23 % luas mangrove di dunia dan lebih luas dari Brasil) dan saat ini sudah mengalami kerusakan hampir 68%. Jenis-jenis mangrove, antara lain :

  • Avicenniaceae (api-api, black mangrove, dll)
  • Combretaceae (teruntum, white mangrove, zaragoza mangrove, dll)
  • Arecaceae (nypa, palem rawa, dll)
  • Rhizophoraceae (bakau, red mangrove, dll)
  • Lythraceae (sonneratia, dll)
  • Mangrove memiliki beberapa fungsi, diantaranya :
  • Fungsi ekologis:

- Sebagai peredam gelombang (termasuk gelombang tsunami), angin dan badai

- Melindungi daerah pantai dari bahaya abrasi

- Sebagai penyerap nutrien organik, penahan lumpur dan perangkap sedimen

- Penghasil detritus yang merupakan hasil dekomposisi dari serasah mangrove

- Sebagai daerah asuhan, mencari makan dan berkembangbiak ikan, udang dan hewan liar lainnya

- Bentuk Pengelolaan (manfaat dan konservasi): Silvofishery, minawana. Banyak berkembang di Jawa dan Sulawesi Selatan.

  • Fungsi ekonomi : sebagai penghasil kayu untuk bahan bangunan, kayu bakar, bahan baku arang, tanin, obat-obatan, energi/biofuel, dan pariwisata.
  • Perubahan hutan mangrove menyebabkan gangguan fungsi ekologi mangrove :

- Konversi hutan mangrove menjadi lahan tambak, pemukiman, pertanian, pelabuhan dan perindustrian

- Pencemaran limbah domestik dan bahan pencemar lainnya

- Penebangan ilegal

  • Parameter Penentuan Kerusakan Mangrove, daerah Pengukuran :

- Sempadan pantai mangrove : min.130 kali nilai rata-rata perbedaan air pasang tertinggi dan terendah tahunan diukur dari garis air surut terendah ke arah darat

- Sempadan sungai mangrove : 50 m ke arah kiri dan ke kanan dari garis pasang tertinggi air sungai yang masih dipengaruhi pasang surut air laut

  • Metode Pengukuran dan Penentuan Kerusakan Mangrove

Metode Transek Garis atau Line Intercept Transect (LIT) dan Petak contoh (Transect plot) yaitu metode pencuplikan contoh populasi suatu komunitas dengan pendekatan petak contoh yang berada pada garis yang ditarik melewati wilayah ekosistem tersebut.

Untuk melihat daftar istilah-istilah ekologi yang terdapat dalam tulisan ini, silahkan kunjungi : http://laluauliyaakraboe.wordpress.com/

Thursday, November 18, 2010

Tentang Terumbu Karang

Terumbu karang di dunia diperkirakan mencapai 284,300 km2. Terumbu karang dan ekosistem lain yang terkait, seperti padang lamun, rumput laut dan mangove adalah ekosistem laut terkaya di dunia. Wilayah Indonesia mempunyai sekitar 18% terumbu karang dunia, dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia (lebih dari 18% terumbu karang dunia, serta lebih dari 2500 jenis ikan, 590 jenis karang batu, 2500 jenis Moluska, dan 1500 jenis udang-udangan).

Terumbu karang di Indonesia memberikan keuntungan pendapatan sebesar US$1,6 milyar/tahun. Nilai keseluruhan pelayanan dan sumber dayanya sendiri diperkirakan mencapai setidaknya US$ 61,9 milyar/tahun.

Terumbu karang adalah struktur hidup yang terbesar dan tertua di dunia. Untuk sampai ke kondisi yang sekarang, terumbu karang membutuhkan waktu berjuta tahun. Tergantung dari jenis, dan kondisi perairannya, terumbu karang umumnya hanya tumbuh beberapa mm saja per tahunnya. Yang ada di perairan Indonesia saat ini paling tidak mulai terbentuk sejak 450 juta tahun silam.

Terdapat ribuan spesies yang hidup di kawasan terumbu karang. Namun hanya sebagian yang menghasilkan kalsium karbonat pembentuk terumbu. Organisme pembentuk terumbu yang terpenting adalah hewan karang.

Karang adalah bentukan hewan kecil yang hidup dalam semacam cawan yang terbentuk dari kalsium karbonat (lihat gambar) yang biasa disebut polip karang. Jutaan polip-polip ini membentuk struktur dasar dari terumbu karang.

Hewan karang hidup bersimbiosis dengan alga bersel satu yang disebut zooxanthellae. Zooxanthellae merupakan jenis alga dinoflagelata berwana coklat dan kuning, yang dinyatakan sebagai Symbiodinium microadriaticum. Alga ini juga hidup bersimbiosis dengan hewan-hewan lain di terumbu karang, seperti, kima raksasa (Tridacna spp), anemon laut dan coelenterata lainnya.

Hewan karang mempunyai tentakel (tangan-tangan) untuk menangkap plankton sebagai sumber makanannya, Namun, sumber nutrisi utama hewan karang sebenarnya berasal dari proses fotosintesa zooxanthellae (hampir 98%). Selain itu, zooxanthellae memberi warna pada hewan karang yang sebenarnya hampir transparan. Timbal baliknya, karang menyediakan tempat tinggal dan berlindung bagi sang alga.

Kondisi favorit untuk pertumbuhan optimal terumbu karang

Terumbu karang dapat tumbuh dengan baik di perairan laut dengan suhu 21° – 29° C. Masih dapat tumbuh pada suhu diatas dan dibawah kisaran suhu tersebut, tetapi pertumbuhannya akan sangat lambat. Itulah sebabnya terumbu karang banyak ditemukan di perairan tropis seperti Indonesia dan juga di daerah sub tropis yang dilewari aliran arus hangat dari daerah tropis seperti Florida, Amerika Serikat dan bagian selatan Jepang.

Karang membutuhkan perairan dangkal dan bersih yang dapat ditembus cahaya matahari yang digunakan oleh zooxanthellae untuk berfotosintesis. Pertumbuhan karang pembentuk terumbu pada kedalaman 18 – 29 m sangat lambat tetapi masih ditemukan hingga kedalaman iebih dari 90 m.

Karang memerlukan salinitas yang tinggi untuk tumbuh, oleh karena itu, di sekitar mulut sungai atau pantai atau sekitar pemukiman penduduk akan lambat karena karang membutuhkan perairan yang kadar garamnya sesuai untuk hidup.

Penyebaran Terumbu Karang

Sebagian besar terumbu karang dunia (55%) terdapat Indonesia, Pilipina, Australia Utara dan Kepulauan Pasifik, 30% di Lautan Hindia dan Laut Merah. 14% di Karibia dan 1% di Atlantik Utara.

Terumbu karang Indonesia yang mencapai 60.000 km2 luasnya, sebagian besar berada di Indonesia bagian tengah, Sulawesi, Bali dan Lombok, Papua, Pulau Jawa, Kepulauan Riau dan pantai Barat serta ujung barat daya Pulau Sumatera.

Fungsi Terumbu Karang

  • Pelindung ekosistem pantai
    Terumbu karang akan menahan dan memecah energi gelombang sehingga mencegah terjadinya abrasi dan kerusakan di sekitarnya.
  • Rumah bagi banyak jenis mahluk hidup di laut
    Terumbu karang bagaikan oase di padang pasir untuk lautan. Karenanya banyak hewan dan tanaman yang berkumpul di sini untuk mencari makan, memijah, membesarkan anaknya, dan berlindung. Bagi manusia, ini artinya terumbu karng mempunyai potensial perikanan yang sangat besar, baik untuk sumber makanan maupun mata pencaharian mereka. Diperkirakan, terumbu karang yang sehat dapat menghasilkan 25 ton ikan per tahunnya. Sekitar 500 juta orang di dunia menggantungkan nafkahnya pada terumbu karang, termasuk didalamnya 30 juta yang bergantung secara total pada terumbu karang sebagai penhidupan.
  • Sumber obat-obatan
    Pada terumbu karang banyak terdapat bahan-bahan kimia yang diperkirakan bisa menjadi obat bagi manusia. Saat ini banyak penelitian mengenai bahan-bahan kimia tersebut untuk dipergunakan untuk mengobati berbagai manusia.
  • Objek wisata
    Terumbu karang yang bagus akan menarik minat wisatawan sehingga meyediakan alternatif pendapatan bagi masyarakat sekitar. Diperkirakan sekitra 20 juta penyelam , menyelam dan menikmati terumbu karang per tahun.
  • Daerah Penelitian
    Penelitian akan menghasilkan informasi penting dan akurat sebagai dasar pengelolaan yang lebih baik. Selain itu, masih banyak jenis ikan dan organisme laut serta zat-zat yang terdapat di kawasan terumbu karang yang belum pernah diketahui manusia sehingga perlu penelitian yang lebih intensif untuk mengetahui ‘misteri’ laut tersebut.
  • Mempunyai nilai spiritual
    Bagi banyak masyarakat, laut adalah daerah spiritual yang sangat penting, Laut yang terjaga karena terumbu karang yang baik tentunya mendukung kekayaan spiritual ini.

Kondisi terumbu karang

Namun sayangnya laporan Reef at Risk (2002) menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan status terumbu karang yang paling terancam. Selama 50 tahun terakhir, proporsi penurunan kondisi terumbu karang Indonesia telah meningkat dari 10% menjadi 50%. Lebih lanjut, hasil survey P2O LIPI (2006) menyebutkan bahwa hanya 5,23% terumbu karang di Indonesia yang berada di dalam kondisi yang sangat baik.

Laporan status terumbu karang dunia yang dikeluarkan Global Coral Reef Monitoring Network (GCRMN) menyebutkan bahwa dalam selama 2004 hingga 2008 luasan area terumbu karang semakin menurun. Dalam periode 2004 hingga 2008, 19% luasan terumbu karang dunia telah hilang, 15% terancam hilang 10-20 tahun kedepan dan 20% luasan terancam hilang 20-40 tahun mendatang. Di Indonesia sendiri 34% berada dalam kondisi sangat buruk 42% agak baik sedang hanya 21% dalam kondisi sehat dan 3 % sangat sehat

Ancaman Terhadap Terumbu Karang

Ancaman utama yang tercatat adalah: pembangunan daerah pesisir, polusi laut, sedimentasi dan pencemaran dari darat, overfishing (penangkapan sumberdaya berlebih), destruktif fishing (penangkapan ikan dengan cara merusak), dan pemutihan karang ( coral bleaching ) akibat pemanasan global.

Dalam beberapa tahun terakhir tekanan terhadap terumbu karang semakin bervariasi dan juga semakin meningkat secara kuantitas maupun kualitas. Kejadian gempa bumi yang melanda lautan Indonesia pada 2004 juga mengakibatkan kerusakan pada terumbu namun tidak dapat dibandingkan dengan kerusakan yang disebabkan oleh manusia. Dampak langsung dari perubahan iklim juga semakin banyak terjadi pada banyak terumbu karang. Dari analisis diperkirakan pada 2015, sekitar 50% populasi dunia hidup di sepanjang pesisir, sebuah bahaya yang sangat besar terhadap masa depan terumbu karang. Peningkatan kebutuhan pangan, komersialisasi aktifitas perikanan, dan krisis ekonomi global akan berujung pada penangkapan berlebih dan penurunan stok perikanan terutama di negara-negara miskin.

Untuk mengatasi tantangan ini, kita semua perlu bekerja bersama. Dan terlibat dalam konservasi bisa dimulai dari hal yang sangat mudah, dan tidak njelimet. Mulai dari hal-hal sederhana yang bisa kita lakukan sendiri, bergabung dengan gerakan-gerakan sukarela, atau dengan terlibat langsung di kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan konservasi

Banyak juga sebenarnya inisiatif dan upaya-upaya yang cukup komprehensif untuk konservasi, yang sudah dilakukan banyak pihak yang bisa menginspirasi kita semua.

Tapi intinya, kita harus berkerja sama untuk terumbu karang dan masa depan yang lebih baik…..

Yuuukkkk…

What can we do?

Berikut, tips sederhana untuk bisa membantu mengkonservasi terumbu karang dengan sederhana:

  • Terapkan prinsip 3 R (reduce-reuse-recycle) dan hemat energi. Terumbu karang adalah ekosistem yang sangat peka terhadap perubahan iklim. Kenaikan suhu sedikit saja dapat memicu pemutihan karang (coral bleaching). Mass coral bleaching dapat diikuti oleh kematian massal terumbu karang, seperti yang terjadi di hampir seluruh kawasan tropis 97-98, di Australia, 2002, dan di Karibia, 2006. Kejadian coral bleaching terbaru tahun 2010 melanda banyak sekali lokasi di Indonesia (laporan kejadian coral bleaching 2010) Jadi apapun yang dapat kita lakukan untuk mengurangi dampak global warming, akan sangat membantu terumbu karang.
  • Buang sampah pada tempatnya. Hewan laut sering terkait pada sampah-sampah sehingga mengganggu gerakannya. Sampah plastik yang transparan banyak dibuktikan termakan oleh penyu karena tampak seperti ubur-ubur. Sampah plastik ini akan mengganggu pencernaanya. Dibanyak lokasi terumbu juga dijumpai karang dan biota laut lainnya yang bersifat bentik, sessile (tidak dapat berpindah) yang mati akibat tertutup lembaran-lembaran plastik. Ingat,plastik tidak hancur dalam satu malam saja!
  • Apabila Anda berlibur, pilih dan pastikan operator/agen/tour Anda menerapkan prinsip ramah lingkungan.
  • Bergabung dengan jejaring informasi , milist-milist lingkungan, berbagi ilmu, informasi, pendapat, dan saling berdiskusi, ajak orang lain untuk terlibat, membangun trend dan gerakan, GAYA HIDUP yang ramah lingkungan.
  • Bergabung dengan gerakan-gerakan sukarelawan, atau terlibat aktif dalam kegiatan pelestarian lingkungan. Ada berbagai kegiatan yang bisa rekan-rekan ikuti, seperti jaringan sukarelawan survei terumbu karang (JKRI), trip-trip penelitian, reboisasi, magang di lembaga pelestarian lingkungan dan lain-lainnya (volunteer Reef Check).

Lets Go Blue !